Hidupkan Kearifan Lokal Lewat Seni (Festival Seni Budaya dan Konser Kolaborasi Musik Etnis Kabupaten Sikka 2015)
Kabupaten Sikka kaya akan keanekaragaman etnis dan kultur yang meliputinya. Salah satu keanekaragaman itu diekspresikan lewat seni yang juga menjadi unsur universal sebuah kebudayaan. Demi kembali menggali, memelihara, dan melestarikan berbagai kearifan lokal yang termanifestasi dalam bentuk-bentuk ekspresi kesenian itu, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka mengadakan suatu program tahunan bertajuk Pentas Seni Budaya Kabupaten Sikka. Pada tahun ini, pemerintah menegaskan kembali spirit ‘Ayo Kerja’ yang mendasari seluruh visi dan misi pembangunan lima tahun di kabupaten ini dalam seluruh perhelatan Festival Seni Budaya dan Konser Kolaborasi Musik Etnis Sikka, 2015.
Festival kali ini melibatkan sedikitnya 28 sanggar seni yang dikelola oleh sekolah-sekolah maupun komunitas-komunitas sanggar yang terbuka untuk umum. Event ini mementaskan berbagai ragam kesenian seperti seni tari, musik kampung (orchestra daerah), permainan rakyat, dan seni sastra (teater, pantun-kleteng latar, latung lawang, naruk I’e sora, drama, dan komedi) serta dibuka pula ruang untuk pameran hasil-hasil kerajinan tangan, kuliner, dan inovasi-inovasi kreatif dari putra-putri daerah. Event yang berlangsung pada tanggal 3 dan 5 September ini didahului dengan pawai alegori dan parade seni (devile) sepanjang jalan dari Gelora Samodor hingga Panggung Pertunjukan Rakyat dan Pusat Jajanan Lokal Daerah, di Jalan El Tari, tempat seluruh pentas seni berlangsung. Pawai dibuka oleh kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sikka dan seluruh perarakan dipimpin oleh drum band dari SDI Wairklau dan SMAK John Paul II Maumere.
Dalam sambutan pembukaan rangkaian acara ini, Bupati Sikka, Yoseph Ansar Rera menegaskan, “Pentas Seni Budaya ini dilakukan agar kita bisa lebih mencintai kebudayaan kita, yang bisa kita pelihara dalam rangka menimba karakter kita dikaitkan dengan arus globalisasi yang semakin luar biasa. Selain itu kita juga bisa memperkenalkan ke beragai pihak bahwa kita adalah bangsa yang berbudaya, sekaligus menjadi aset untuk menggali minat para wisatawan, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara”.
Event yang berlangsung selama dua hari ini mendapat atensi yang sangat besar dari masyarakat Kabupaten Sikka. Pameran yang dibuka sepanjang hari berhasil menarik banyak pengunjung. Pentas seni di malam hari pun menjadi hiburan yang disimak oleh begitu banyak orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Para peserta kongres GMNI XIX Maumere pun menjadi tamu spesial yang diperkenalkan secara langsung oleh Wakil Bupati Nong Susar pada malam kedua dilangsungkannya festival.
Keseluruhan pagelaran ini bersifat non-lomba, tetapi dipilih 6 penampilan terbaik tanpa peringkat dari enam kategori penilaian yang diputuskan oleh tim pengamat yang terdiri dari budayawan, akademisi, dan praktisi seni. Enam yang terpilih sebagai penampil terbaik antara lain, Tarian Nusantara dari Sanggar Munianse (nominasi tata busana terbaik), Tarian Tetok Alu Ier Pare dari Sanggar Kibo Libok Kelurahan Wairotang (nominsai koreografi terbaik), Musik Kolaborasi dari Sanggar Depo Hagong Munerana (nominasi musik pengring terbaik), Musik Tuke Nian Jaga Natar dari grup musik Bunga Nukak (nominasi pemain musik terbaik), Tarian Bebing dari Sanggar Raga Dara Hokor (nominsai tarian tradisional terbaik), dan Ruha Mbaleng Waeng (nominasi tarian garapan terbaik). Para penampil terbaik diberikan penghargaan berupa sejumlah uang tunai di samping uang pembinaan yang diberikan kepada setiap partisipan festival seni.
Mendapat Kunjungan Mendagri
Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo yang berkunjung ke Maumere (5/9), menyempatkan diri singgah untuk melihat-lihat sejenak perhelatan festival dan pameran seni budaya yang diadakan di kompleks Panggung Pertunjukan Rakyat dan Pusat Jajanan Lokal Daerah, di Jalan El Tari. Mendagri bersama rombongannya diterima dan selanjutnya didampingi untuk melihat-lihat oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka, Wilhelmus Sirilus.
Pada kesempatan itu, Mendagri bersama Gubernur NTT Frans Leburaya, dan Andreas Hugo Pareira dipersilahkan menikmati iringan orkes musik kampung sambil mengunjungi beberapa lokasi pameran. Stan pameran yang dikunjungi Mendagri dan rombongan antara lain stan kuliner khas Nusa Tenggara Timur yang menyajikan berbagai masakan bercita rasa Nusa tenggara Timur, stan dari Partners for Resilience Indonesia, stan kerajinan tangan lokal para penyandang cacat, dan stan tenunan tradisional Sikka.
Di stan dari Partners for Resilience Indonesia, Mendagri memperhatikan dengan serius penjelasan mengenai program irigasi dan air bersih bagi masyarakat yang dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat tersebut bekerjasama dengan pemerintah daerah. Di beberapa wilayah sasaran seperti desa Bu Utara dan Bu Selatan di Kecamatan Tana Wawo, telah dikembangkan saluran-saluran irigasi yang baik bagi pertanian serta perkebunan sayur-sayuran dan juga program penyulingan air bersih bagi masyarakat.
Mendagri juga mengunjungi stan kerajinan tangan para penyandang cacat, dan melihat hasil-hasil karya mereka. Stan yang dikelola oleh BARA JP (Barisan Jalan Perubahan) ini mengakomodasi para penyandang cacat, orang-orang dengan gangguan mental, dan kaum telantar untuk diberi pelatiah dan pembinaan sesuai kebutuhan dan keterampilan mereka masing-masing. Susilowati, salah satu penggerak lembaga swadaya masyarakat ini memperkenalkan kepada Mendagri karya-karya yang dipamerkan seperti, aneka kuliner, alat-alat terapi alami, pupuk-pupuk organik, berbagai jenis perabot rumah tangga, mebel, hingga lukisan dan kain tenun yang dibuat oleh para penyandang cacat yang dibina di lembaga ini. Kepada Mendagri, Susilowati menjelaskan bahwa lembaga ini bermaksud menggali potensi para penyandang cacat dan dengan begitu mereka bisa mendapat kedudukan profesional yang setara dengan orang-orang normal. Para penyandang cacat ini juga memberikan bingkisan berupa karya-karya mereka kepada Mendagri dan juga Presiden Jokowi yang tidak sempat hadir
Di akhir kunjungan, Mendagri dan rombongan menyempatkan diri mengujungi stan pameran kain tenun tradisional etnis-etnis di Kabupaten Sikka. Mendagri meluangkan waktu sejenak mendengarkan penjelasan singkat dan melihat proses pengolah benang menjadi sarung. Sebagai bentuk apresiasi, Medagri membeli beberapa kain sarung yang diberikan kepada rombongannya.
Mendagri menyambut baik kegiatan seperti ini karena membuka ruang bagi para pengrajin lokal untuk meningkatkan perekonomian secara lebih kraetif. Selain itu, berbagai program seperti irigasi dan penyulingan air bersih, serta pelatihan bagi penyandang cacat dilihat sebagai suatu yang baik dan harus ditingkatkan lagi. Mitra dengan pemerintah daerah adalah hal yang harus terus digalakan demi pembangunan jangka panjang yang lebih bermutu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar