‘Si Kulit Bundar’ di Bumi Nian Tana (Catatan Seputar El Tari Memorial Cup XXVII-2015)



Di tengah kisruh PSSI yang mengguncang persepakbolaan nasional, masyarakat pegiat, pencinta, dan penikmat sepak bola NTT kembali dihibur dengan perhelatan akbar sarat tradisi bertajuk El Tari Memorial Cup. Salah satu turnamen sepak bola yang menjadi barometer perkembangan sepak bola Nusa Tenggara Timur ini diadakan untuk ke 27 kalinya pada tahun 2015. Kabupaten Sikka, dalam hal ini KONI Sikka, PSSI Cabang Sikka, dan pemerintah daerah dipercayakan sebagai penyelenggara turnamen yang kini menjadi event olahraga dua tahunan dan selalu mendapat atensi luas dari masayarakat NTT. Terhitung sejak tanggal 20 Oktober-13 November 2015, bumi Nian Tana menjadi saksi pertarungan memainkan si kulit bundar, penuh gensi dan ambisi, dari tujuhbelas kesebelasan kabupaten dan kota yang ada di Provinsi NTT.

Geliat ETMC XXVII


ETMC XXVII di Maumere diikuti oleh tujuhbelas tim sepak bola se-Nusa Tenggara Timur, dengan rincian 389 atlet dan 94 orang manejer/pelatih/official. Jika ditambah dengan 26 wasit yang memimpin jalannya pertandingan-pertandingan selama turnamen ini, maka jumah peserta formal menjadi 483 orang. Sebanyak 70 pertandingan diadakan di stadion tunggal Gelora Samador, Maumere. Hanya 5 Kabupaten yang tidak bisa terlibat dalam ETMC kali ini, yaitu Sabu Raijua, Sumba Barat, Sumba Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Belu.

Tujuh belas tim yang ikut terbagi dalam empat pool yaitu:
Pool 1 : Sikka, Sumba Barat Daya, Ende, Manggarai Timur, Sumba Timur
Pool 2 : Malaka, Manggarai, TTU dan Kupang
Pool 3 : Lembata, Alor, Flotim dan Kupang Kota
Pool 4 : Ngada, Nagekeo, Rote Ndao dan Manggarai Barat.

Pertarungan memainkan si kulit bundar pada ETMC kali ini semakin menarik karena para pecinta sepak bola dapat melihat aksi beberapa punggawa Indonesia Super Liga (ISL) dan Tim Nasional Indonesia seperti Heru Nerly (PSN Ngada), Korinus Fingkreuw (Perse Ende), dan Yabes Rony Malaifani (Persap Alor), serta pemain-pemain lain yang didatangkan dariluar NTT, juga para pemain keturunan NTT yang mengikuti training dengan klub-klub nasional seperti Andreas Ado (Persami), atau beberapa pemain PSK Kupanng yang terpilih dalam seleksi Bali United.

Sejak babak penyisihan, atmosfir kompetisi sarat gensi dan tradisi terasa sangat kental. Di pertandingan pembukaan (20/10) tuan rumah Persami-Maumere yang berhadapan dengan Persedaya Sumba Barat Daya dipaksa menerima kekalahan. Anak-anak asuhan Fredy MBW yang turun ke lapangan dengan tekanan yang tinggi dari suporter tidak dapat memainkan bola dengan lugas, dan akhirnya kalah dengan skor 1-2. Persaingan di Pool I pun harus berlangsung sampai pertandingan-pertandingan terakhir dengan selisih peralihan poin yang ketat antara masing-masing tim. Setelah kekalahan perdananya, Persami akhirnya bangkit dengan mengalahkan lawan-lawan selanjutnya dan manjuarai Pool I. Persami bahkan mencetak rekor cleen sheet sebanyak 5 pertandingan berturut-turut sebelum kebobolan lagi di babak final. Kabupten Ende menemani tuan rumah sebagai runner up, itu pun sebagai konsekuensi dari kekalahan Persedaya Sumba Barat daya atas Persematim-Manggarai Timur di laga terakhir mereka. Ende lolos dengan mengumpulkan poin 7 dibuntuti Persedaya dengan Poin 5.

Di Pool II, Persemal Malaka yang sejauh ini menjadi anak bungsu di provinsi Nusa Tenggara Timur membuat kejutan dengan tampil sebagai juara pool dengan mengantongi poin 7, hasil sekali seri dan dua kali menang. Goyang tebe meramairiahkan lapangan Gelora Samador da Cunha, usai tim ini mengalahkan PS Kabupaten Kupang dengan skor 3-0 dan memastikan diri lolos ke putaran kedua. Tim lain yang menemani Malaka ke putaran kedua adalah TTU yang mengantongi poin 6, hasil dua kali kemenangan, masing-masing melawan PS Kabupaten Kupang dan Persim Manggarai.

PSK Kota Kupang yang menjadi runner up Liga Desa 2015 di Belitung berhasil memimpin perolehan nilai di pool III yang disebut-sebut sebagai ‘Pool Neraka’. PSK berhasil menghempaskan perlawanan tiga tim kuat lain, Persebata Lembata, Perseftim Flores Timur, serta Persap Alor, dan meraih poin penuh 9. Perseftim yang dianggap tampil di bawah performa terbaiknya pada ETMC kali ini juga berhasil lolos ke babak selanjutnya setelah meraih dua kemenangan. Yabes, punggawa Timnas U-19 tidak mampu membawa Persap Alor ke prestasi yang lebih tinggi, meskipun pasukan-pasukan muda dari tim ini menampilkan tontonan yang atraktif selama penyisihan.

PSN Ngada yang selalu tampil superior membuktikan diri sebagai raksasa sepakbola setelah berhasil keluar sebagai juara pool IV. PSN Ngada berhasil mncetak 9 gol dari dua kemenangan dan sekali seri ketika menghadapi juara bertahan Persamba Manggarai Barat. Pertandingan antara PSN melawan Persamba berlangsung tegang dan sedikit ricuh, padahal kedua tim yang bertemu pada laga terakhir pool ini sudah memastikan diri lolos ke babak selanjutnya. Hal ini menunjukkan tensi dan gensi yang tinggi dari perhelatan ETMC. Persamba sendiri lolos ke babak selanjutnya setelah mengumpulkan poin 5, meyisihkan tim kuat lain, Persena Nagekeo yang tampil buruk.

Di putaran selanjutnya Persami Maumere berhasil melangkah ke semifinal setelah mengatasi perlawanan anak-anak Nagi dengan skor 2-0. Persami berjumpa dengan Persemal Malaka yang secara mengejutkan mengalahkan juara bertahan Persamba Manggarai Barat lewat drama adu penalti yang menegangkan. Persemal menang 4-3. PSN Ngada tanpa kesulitan melaju ke semifinal setelah menang 3-0 dengan TTU, dan berhadapan dengan Perse Ende yang melalui pertandingan berat dengan PSK Kota Kupang. Perse menang adu penalti 4-3 setelah pada waktu normal di tambah perpanjangan waktu, kedua tim berbagi angka 0-0. Di semifinal, goyang Tebe anak-anak Malaka dihentikan oleh Laskar Nian Tana dengan skor 2-0. Di pertandingan lain, superioritas PSN dengan pola permainan kick and rush dipatahkan oleh permainan tiki-taka mengandalkan kecepatan dan keakuratan dari Perse Ende. Ende menang tipis 1-0. Persami dan Perse berjumpa di final. PSN yang diasuh oleh legenda tim ini, Jhoni Dopo harus puas berada di tempat ketiga setelah mengalahkan Malaka dengan skor tipis 2-1, dalam pertandingan 90 menit yang sangat atraktif sekaligus menegangkan.


Penantian 31 Tahun Persami Tertuntaskan

Gensi, ambisi, dan rivalitas Persami dan Perse yang berlaga di babak final sangat kental terasa dan mempengaruhi atmosfer pertandingan. Ketegangan sudah dimulai sejak pertandingan belum dilangsungkan, nyata dari rivalitas supporter yang memadati Stadion Gelora Samador Maumere. Persami Mania yang sejak kekalahan Persami di laga pembuka terus mendukung tim kesayangan dengan berbagai yel-yel, spanduk, nyanyian, serta aksesoris, ditantang oleh ribuan supporter Perse yang datang jauh-jauh dalam bentuk rombongan dan dilepaskan secara resmi oleh pemerintah daerah. Sebanyak ribuan penonton hadir di Maumere yang menyebabkan arus lalu lintas di seputran stadion Gelora Samador terganggu selama beberapa saat.

Dahaga Persami Maumere yang tertahankan selama 31 tahun, setelah terakhir menjuarai ETMC pada tahun 1984 akhirnya terpuaskan setelah Laskar Nian Tana berhasil mengalahkan Laskar Kelimutu dalam 90 dengan skor tipis 2-1. Pertandingan berlangsung sangat panas dan beberapa kali harus dihentikan akibat kericuhan yang terjadi. Permainan atraktif namun keras dipertontonkan oleh kedua tim. Ende lebih dahulu mencetak gol di menit ke-16 setelah Muhammad Sidik Saimima dijatuhkan di dalam kotak pinalti. Wasit Antonius Rismiadji pun menunjuk titik putih. Terjadi protes oleh beberapa pemain Persami yang mengakibatkan kericuhan kecil dan berbuah beberapa kartu kuning dari wasit. Yoga Ramadhan yang mengeksekusi penalty tersebut dengan tenang menuntaskan rekor cleen sheet Timmy, kipper Persami. Persami baru bisa mengejar ketertinggalan di menit ke 35, setelah Iqbal Al Fadihla mencetak gol memanfaatkan kelengahan pertahanan tim Perse. Gol ini sempat mendapat protes tim Perse, karena banyak pemain Perse maupun Persami masih berkonsentrasi dengan pelanggaran yang sebelumnya terjadi, tetapi wasit tetap mensahkan gol ini. Gol pamungkas dari Persami datang dari tendangan bebas jarak jauh yang dieksekusi oleh Vian Watu. Tendangan keras melengkung dan terarah dari Vian merobek jala Perse dan memecahkan ketegangan penonton di Gelora Samador. Perse malakukan serang bertubi-tubi ke gawang Persami pada sisa pertandingan. Persami hanya sesekali melakukan serangan balik cepat ke gawang Perse. Persami akhirnya keluar sebagai juara bertahan ketika wasit meniupkan peluit panjang di babak kedua setelah terlebih dahulu mendapat tambahan waktu 2 menit.

Keluar sebagai juara, Persami berhak meraih piala bergilir El Tari Memorial Cup, Piala tetap dan mendapat hadiah uang pembinaan sebesar 105 juta rupiah. Perse yang menjadi runner up mendapat hadiah sebanyak 67,5 juta rupiah dan PSN Ngada sebagai juara ketiga mendapatkan hadiah uang sebesar 47,5 juta rupiah. Sementara itu, tim underdog Persemal Malaka yang menempati peringkat ke empat berhak atas uang tunai sejumlah 30 juta rupiah. Di samping hadiah bagi para juara, panita juga memberi pengharhaan dalam beberapa kategori lainnya. Gelar pemain terbaik sepanjang ETMC diberkan kepada Andreas Ado (Persami). Pemain berusia 19 tahun ini tampil konsisten dan memberi kontribusi berharga bagi tim dengan mencetak 5 gol dan beberapa di antaranya menjadi penentu kemenangan tim. Andre berhak atas uang senilai 10 juta rupiah. Top scorer diraih duet maut lini depan PSN Ngada, Yoris Nono dan Okta Pone, Keduanya sama-sama mengoleksi 7 gol dari enam pertandingan yang dilakoni tim PSN dan berhak atas uang masing-masing senilai 5 juta rupiah. Kategori lain yang dinilai panitia adalah tim fair play yang dianugerhakan kepada Manggarai Barat, sehingga mereka berhak atas uang senilai 10 juta rupiah.

Kemenangan Persami menjadi kado spesial bagi Persami Mania yang dukungannya menjadi warna baru dalam sejarah perhelatan ETMC. Selain itu, ETMC XXVII menjadi perhelatan dengan penonton terbanyak serta turnamen dengan nilai total hadiah terbesar sepanjang sejarah. Pembukaan ETMC menjadi semarak karena diwarnai oleh penampilan 1000 penari Gemu Fa mi Re, dari berbagai sanggar seni dan sekolah di Sikka. Namun disamping itu, masih banyak juga evaluasi atas penyelenggaraan turnamen ini, di antaranya soal pengaturan pembatasan pemain dari luar NTT, kinerja wasit dan penyelenggara pertandingan yang dinilai masih perlu ditingkatkan, dan juga akses serta pelayanan publik yang harus diperbaiki oleh panitia penyelenggara pada perhelatan-perhelatan selanjutnya. ETMC XVVIII akan dilaksanakan pada tahun 2017 dengan Ende sebagai tuan rumah penyelenggara.

Catatan Kilas Balik EL Tari Memorial Cup (ETMC)

El Tari Memoial Cup pada dasarnya merupakan suatu turnamen yang dimaksudkan untuk menjalin tali silahturami persaudaraan antar kabupaten dan kota di provinsi NTT, lewat media olahraga, khususnya sepak bola. Turnamen ini pada mulanya bercikal-bakal pada El Tari Cup yang digagas oleh salah satu mantan gubernur kharismatik provinsi NTT, El Tari (menjabat pada periode 1966-1978). Turnamen El Tari Cup pertama kali digelar di Kupang pada tahun 1969. Perseftim Flores Timur, keluar sebagai juara pada perhelatan perdana event ini. Selanjutnya, perhelatan El Tari Cup dilaksanakan sebanyak tiga kali lagi, yaitu pada tahun 1970, 1972, 1976, dengan masing-masing turnamaen menghasilkan juara-juara baru antara lain PSN Ngada, PSK Kupang (saat itu kota dan kabupaten masih bergabung), dan Persami Maumere. Setahun setelah wafatnya Gubernur El Tari, tepatnya tahun 1978, turnamen El Tari Cup, diganti namanya menjadi El Tari Memorial Cup (ETMC). Turnamen El Tari Memorial Cup didedikasikan khusus untuk menghidupkan selalu semangat yang telah ditanamkan Gubernur El Tari dalam membina persaudaraan antar kabupaten dan kota, sekaligus menjadikan ajang ini sebagai ajang peningkatan dan pengembangan pembangunan khusunya dalam hal prestasi sepak bola Nusa Tenggara Timur.

Sejak awal perhelatan ETMC tahun 1979 hingga saat ini, hanya tiga tim dari daratan Flores-Lembata yang belum mencatatkan namanya sebagai juara, yaitu tiga kabupaten baru Persematim (Manggarai Timur), Persena (Nagekeo) dan Persebata (Lembata). PSN Ngada menjadi tim raksasa, terbukti dengan enam gelar yang berhasil diperolehnya, masing-masing pada tahun 1982, 1986, 1997, 2001, 2003, 2007. Tim lain dari Flores yang berhasil meraih gelar juara antara lain Persami-Maumere (1984,2015), Perse-Ende (1999), Persim-Manggarai Tengah (2005), Perseftim-Flores Timur (2009), dan Persamba Manggarai Barat, sebagai juara bertahan ETMC XXVI, 2013.

Dari daratan Timor, PS Kota Kupang menjadi tim yang mendominasi perolehan gelar juara ETMC. Sebanyak tujuh gelar juara telah dipersembahkan kesebelasan kota karang ini bagi para pencintanya, yaitu sejak pertama kali turnamen ini berubah nama tahun 1979, dan selanjutnya 1988, 1991, 1993, 1995, 2002, dan 2010). PSK Kota Kupang menjadi satu-satunya tim yang berhasil mempertahankan gelar juara selama empat perhelatan berturut-turut, dan mentahtakan hampir sebelas tahun piala ETMC di kota karang, yaitu sejak tahun 1988 hingga PSN merebut kembali gelar itu tahun 1997. Sejak berpisah dengan PSK Kota Kupang tahun 1995, PS Kabupaten Kupang belum sekalipun menunjukkan prestasi yang gemilang, Kekuatan baru dari wilayah Timor yang muncul pada periode 2000-an adalah Perss-Soe yang meraih gelar juara pada perhelatan ETMC XV tahun 2000.
Persap-Alor, satu-satunya wakil dari Pulau Alor baru menunjukan kelasnya sebagai tim yang mampu menjegal tim-tim kuat sejak perhelatan ETMC tahun 2001. Selanjutnya, Persap selalu tampil konsisten sehingga dengan amunisi-amunisi mudanya, tim ini menjuarai ETMC tahun 2006. Pada periode 1970an-1990an, dua tim dari Sumba yaitu Persewa Waingapu dan Persesba Waikabubak selalu menjadi lumbung gol tim-tim lawan. Sama seperti Persap Alor, kebangkitan sepakbola Sumba baru terlihat di awal tahun 2000. Sejauh ini tim dari dataran Sumba baru dua kali menjuarai ETMC, yaitu Persewa-Waingapu pada tahun 2004 dan Persedaya-Sumba Barat Daya tahun 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar