Hidupkan Kearifan Lokal Lewat Seni (Festival Seni Budaya dan Konser Kolaborasi Musik Etnis Kabupaten Sikka 2015)


Kabupaten Sikka kaya akan keanekaragaman etnis dan kultur yang meliputinya. Salah satu keanekaragaman itu diekspresikan lewat seni yang juga menjadi unsur universal sebuah kebudayaan. Demi kembali menggali, memelihara, dan melestarikan berbagai kearifan lokal yang termanifestasi dalam bentuk-bentuk ekspresi kesenian itu, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka mengadakan suatu program tahunan bertajuk Pentas Seni Budaya Kabupaten Sikka. Pada tahun ini, pemerintah menegaskan kembali spirit ‘Ayo Kerja’ yang mendasari seluruh visi dan misi pembangunan lima tahun di kabupaten ini dalam seluruh perhelatan Festival Seni Budaya dan Konser Kolaborasi Musik Etnis Sikka, 2015.

Festival kali ini melibatkan sedikitnya 28 sanggar seni yang dikelola oleh sekolah-sekolah maupun komunitas-komunitas sanggar yang terbuka untuk umum. Event ini mementaskan berbagai ragam kesenian seperti seni tari, musik kampung (orchestra daerah), permainan rakyat, dan seni sastra (teater, pantun-kleteng latar, latung lawang, naruk I’e sora, drama, dan komedi) serta dibuka pula ruang untuk pameran hasil-hasil kerajinan tangan, kuliner, dan inovasi-inovasi kreatif dari putra-putri daerah. Event yang berlangsung pada tanggal 3 dan 5 September ini didahului dengan pawai alegori dan parade seni (devile) sepanjang jalan dari Gelora Samodor hingga Panggung Pertunjukan Rakyat dan Pusat Jajanan Lokal Daerah, di Jalan El Tari, tempat seluruh pentas seni berlangsung. Pawai dibuka oleh kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sikka dan seluruh perarakan dipimpin oleh drum band dari SDI Wairklau dan SMAK John Paul II Maumere.

Dalam sambutan pembukaan rangkaian acara ini, Bupati Sikka, Yoseph Ansar Rera menegaskan, “Pentas Seni Budaya ini dilakukan agar kita bisa lebih mencintai kebudayaan kita, yang bisa kita pelihara dalam rangka menimba karakter kita dikaitkan dengan arus globalisasi yang semakin luar biasa. Selain itu kita juga bisa memperkenalkan ke beragai pihak bahwa kita adalah bangsa yang berbudaya, sekaligus menjadi aset untuk menggali minat para wisatawan, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara”.

Event yang berlangsung selama dua hari ini mendapat atensi yang sangat besar dari masyarakat Kabupaten Sikka. Pameran yang dibuka sepanjang hari berhasil menarik banyak pengunjung. Pentas seni di malam hari pun menjadi hiburan yang disimak oleh begitu banyak orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Para peserta kongres GMNI XIX Maumere pun menjadi tamu spesial yang diperkenalkan secara langsung oleh Wakil Bupati Nong Susar pada malam kedua dilangsungkannya festival.

Keseluruhan pagelaran ini bersifat non-lomba, tetapi dipilih 6 penampilan terbaik tanpa peringkat dari enam kategori penilaian yang diputuskan oleh tim pengamat yang terdiri dari budayawan, akademisi, dan praktisi seni. Enam yang terpilih sebagai penampil terbaik antara lain, Tarian Nusantara dari Sanggar Munianse (nominasi tata busana terbaik), Tarian Tetok Alu Ier Pare dari Sanggar Kibo Libok Kelurahan Wairotang (nominsai koreografi terbaik), Musik Kolaborasi dari Sanggar Depo Hagong Munerana (nominasi musik pengring terbaik), Musik Tuke Nian Jaga Natar dari grup musik Bunga Nukak (nominasi pemain musik terbaik), Tarian Bebing dari Sanggar Raga Dara Hokor (nominsai tarian tradisional terbaik), dan Ruha Mbaleng Waeng (nominasi tarian garapan terbaik). Para penampil terbaik diberikan penghargaan berupa sejumlah uang tunai di samping uang pembinaan yang diberikan kepada setiap partisipan festival seni.

Mendapat Kunjungan Mendagri


Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo yang berkunjung ke Maumere (5/9), menyempatkan diri singgah untuk melihat-lihat sejenak perhelatan festival dan pameran seni budaya yang diadakan di kompleks Panggung Pertunjukan Rakyat dan Pusat Jajanan Lokal Daerah, di Jalan El Tari. Mendagri bersama rombongannya diterima dan selanjutnya didampingi untuk melihat-lihat oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka, Wilhelmus Sirilus.

Pada kesempatan itu, Mendagri bersama Gubernur NTT Frans Leburaya, dan Andreas Hugo Pareira dipersilahkan menikmati iringan orkes musik kampung sambil mengunjungi beberapa lokasi pameran. Stan pameran yang dikunjungi Mendagri dan rombongan antara lain stan kuliner khas Nusa Tenggara Timur yang menyajikan berbagai masakan bercita rasa Nusa tenggara Timur, stan dari Partners for Resilience Indonesia, stan kerajinan tangan lokal para penyandang cacat, dan stan tenunan tradisional Sikka.

Di stan dari Partners for Resilience Indonesia, Mendagri memperhatikan dengan serius penjelasan mengenai program irigasi dan air bersih bagi masyarakat yang dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat tersebut bekerjasama dengan pemerintah daerah. Di beberapa wilayah sasaran seperti desa Bu Utara dan Bu Selatan di Kecamatan Tana Wawo, telah dikembangkan saluran-saluran irigasi yang baik bagi pertanian serta perkebunan sayur-sayuran dan juga program penyulingan air bersih bagi masyarakat.

Mendagri juga mengunjungi stan kerajinan tangan para penyandang cacat, dan melihat hasil-hasil karya mereka. Stan yang dikelola oleh BARA JP (Barisan Jalan Perubahan) ini mengakomodasi para penyandang cacat, orang-orang dengan gangguan mental, dan kaum telantar untuk diberi pelatiah dan pembinaan sesuai kebutuhan dan keterampilan mereka masing-masing. Susilowati, salah satu penggerak lembaga swadaya masyarakat ini memperkenalkan kepada Mendagri karya-karya yang dipamerkan seperti, aneka kuliner, alat-alat terapi alami, pupuk-pupuk organik, berbagai jenis perabot rumah tangga, mebel, hingga lukisan dan kain tenun yang dibuat oleh para penyandang cacat yang dibina di lembaga ini. Kepada Mendagri, Susilowati menjelaskan bahwa lembaga ini bermaksud menggali potensi para penyandang cacat dan dengan begitu mereka bisa mendapat kedudukan profesional yang setara dengan orang-orang normal. Para penyandang cacat ini juga memberikan bingkisan berupa karya-karya mereka kepada Mendagri dan juga Presiden Jokowi yang tidak sempat hadir

Di akhir kunjungan, Mendagri dan rombongan menyempatkan diri mengujungi stan pameran kain tenun tradisional etnis-etnis di Kabupaten Sikka. Mendagri meluangkan waktu sejenak mendengarkan penjelasan singkat dan melihat proses pengolah benang menjadi sarung. Sebagai bentuk apresiasi, Medagri membeli beberapa kain sarung yang diberikan kepada rombongannya.

Mendagri menyambut baik kegiatan seperti ini karena membuka ruang bagi para pengrajin lokal untuk meningkatkan perekonomian secara lebih kraetif. Selain itu, berbagai program seperti irigasi dan penyulingan air bersih, serta pelatihan bagi penyandang cacat dilihat sebagai suatu yang baik dan harus ditingkatkan lagi. Mitra dengan pemerintah daerah adalah hal yang harus terus digalakan demi pembangunan jangka panjang yang lebih bermutu.

Saatnya Sastrawan NTT Terlibat (Catatan Jurnalistik Seputar Festival dan Temu II sastrawan NTT)


Geliat sastra di Nusa Tenggara Timur yang sudah sejak lima tahun terakhir dianggap sangat tampak perkembangannya, mendapat perhatian serius dari Kantor Bahasa Provinsi NTT. Kantor Bahasa NTT yang merupakan UPT dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menciptakan suatu ruang komunikasi di antara para sastrawan dan penulis-penulis sastra pemula. Selain itu, Kantor Bahasa NTT juga berupaya memasyarakatkan sastra NTT (yang selama ini dianggap hidup di dunia privat para sastrawan atau penulis sastra) kepada kalangan luas melalui lembaga-lembaga pendidikan. Ruang komunikasi dan sosialisasi itu dikemas dalam bentuk Festival Sastra dan Temu Sastrawan NTT. Komitmen ini disampaikan oleh M. Luthfi Baihaqi, Kepala Kantor Bahasa NTT di hadapan Wakil Bupati dan Muspida Ende sebagai wakil pemerintah provinsi NTT, para sastrawan dan penikmat sastra, para peserta festival, serta mahasiswa Universitas Flores, pada pembukaan Temu II Sastrawan NTT.

Kegiatan ini telah menjadi agenda tetap dua tahunan sejak pertama kali kegiatan Temu Sastrawan NTT diadakan di Kupang pada tahun 2013. Kegiatan Festival dan Temu II Sastrawan NTT tahun 2015, diadakan di Kota Ende pada tanggal 5-10 Oktober 2015, bekerja sama dengan Universitas Flores.


Festival Sastra NTT


Kegiatan Festival Sastra yang dilaksanakan pada tanggal 5-8 Oktober 2015 dibuka secara resmi dan simbolis oleh Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, M. Luthfi Baihaqi dan Rektor Universitas Flores, Stephanus Djawanai melalui pengguntingan pita dan pembukaan baliho mini di Auditorium Universitas Flores pada Senin, (5/10).

Festival ini melibatkan sejumlah siswa-siswi dan guru dari berbagai lembaga pendidikan tingkat PAUD hingga perguruan tinggi. Secara rinci, festival ini meliputi lomba membaca puisi tingkat SD dengan jumlah peserta sebanyak 43 orang, lomba menulis opini/esai sebanyak 19 orang, lomba bercerita cerita rakyat tingkat SMP sebanyak 30 orang, lomba mendongeng bagi guru PAUD/TKK dan SD sebanyak 5 orang, lomba menulis kritik sastra tingkat perguruan tinggi sebanyak 15 orang, dan lomba musikalisasi puisi dari berbagai sekolah yang diikuti oleh 16 grup musik, serta perlombaan dan pertunjukan majalah dinding kreatif oleh sekolah-sekolah menegah atas yang ada di kabupaten Ende.

Kegiatan non-lomba yang juga dilakukan dalam rangkaian Festival Sastra NTT kali ini meliputi beberapa kelas dan bengkel sastra yang dipandu oleh para sastrawan nasional yang turun dan terlibat langsung bersama para peserta yang umumnya berasal dari Universitas Flores. Bengkel sastra penulisan cerpen diasuh oleh sastrawan kondang asal NTT, Gerson Poyk dan putrinya yang juga seorang cerpenis dan novelis terkemuka Fanny Poyk. Mario F. Lawi, seorang sastrawan muda NTT yang telah banyak menghasilkan karya-karya puisi yang diakui secara luas (nasional) berbagi keahliannya dalam bengkel sastra penulisan puisi. Bengkel sastra penulisan kritik sastra diasuh oleh akademisi sastra dan linguistik asal NTT, Dr. Yoseph Yapi Taum serta kritikus dan sastrawan berpengalaman, AS Laksana yang mengaku sudah jatuh cinta dengan NTT sejak pertama kali hadir di Festival Sastra Santarang 2015, di Kupang.

Rangkaian acara Festival Sastra NTT dilanjutkan dengan bincang-bincang sastra dan peluncuran buku antologi sastrawan NTT. Buku antologi sastrawan NTT itu terdiri dari tiga judul, yaitu Nyanyian Sasando (Antologi Puisi Sastrawan NTT), Cerita dari Selat Gonsalu (Antologi Cerpen Sastrawan NTT), dan Dari Avontur ke Wasiat Kemuhar (Antologi Ulasan Buku Karya Penulis NTT). Peluncuran buku ini ditandai dengan penyerahan buku antologi kepada para sastrawan, akademisi dan narasumber, rektor Unflor, dan segenap peserta Temu II Sastrawan NTT yang hadir.

Marieta B. Larasati, sebagai ketua panitia, dalam penyampaian laporan kegiatan mengapresiasi antusiasme yang tinggi dari berbagai lembaga pendidikan di kota Ende, yang nyata dalam keaktivan mengikuti berbagai festival sastra ini. Pada kesempatan lain, Dr. Yoseph Yapi Taum menjelaskan bahwa dari pengamatannya selama hari-hari perlombaan, sangat terlihat perkembangan yang menarik dalam hal apresiasi sastra di kalangan masyarakat, khususnya di sekolah-sekolah. Meski demikian, ia juga memberi catatan khusus dalam bidang perlombaan kritik sastra, yang menurut pengamatannya masih butuh banyak pendalaman. Atmosfir apresiasi sastra yang baik ini selayaknya dirawat dan ditingkatkan dari hari ke hari.

Temu II Sastrawan NTT

Kegiatan Temu II Sastrawan NTT (8-10 Oktober 2015) dibuka secara resmi oleh pemerintah Provinsi NTT yang diwakili oleh Wakil Bupati Ende, bersama dengan Gerson Poyk, sebagai sesepuh dan tokoh sastra NTT lewat pemukulan gong. Sebelumnya, para sastrawan dan segenap peserta Temu II Sastrawan NTT diterima oleh pemerintah daerah, dan selanjutnya oleh keluarga besar Universitas Flores, dalam seremoni adat Lio.

Kegiatan diawali oleh sambutan dari berbagai pihak, salah satunya sambutan Gubernur NTT yang dibacakan oleh Wakil Bupati Ende. Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan kepada pemerintah dan Universitas Flores oleh Kantor Bahasa NTT atas kerjasama dalam berbagai kegiatan pengembangan sastra NTT. Diberikan pula penghargaan kepada Gerson Poyk sebagai Tokoh Sastra NTT 2015. Gerson Poyk dinobatkan sebagai perintis sastra dan sastrawan NTT modern oleh karena karya perdananya yang terbit pada 1961 ‘membuka jalan’ bagi sastrawan lain asal NTT selanjutnya, hingga saat ini. Selain itu, tanggal 16 Juni (tanggal kelahiran Gerson Poyk) ditetapkan sebagai Hari Sastra NTT. Pada kesempatan ini pula, diadakan penyerahan hadiah kepada para pemenang berbagai kategori lomba pada Festival Sastra NTT 2015. Selanjutnya, rangkain kegiatan Temu II Sastrawan NTT meliputi seminar dan diskusi, safari sastra (penulisan puisi bertema ‘Ende dalam Kebersamaan’), serta penetapan rekomendasi serta putusan hasil Temu II Sastrawan dan Malam Pembacaan Puisi bersama sastrawan NTT.

Kegiatan seminar dan diskusi (9/10) di Aula Unflor berlangsung dalam dua sesi. Seminar I membahas tiga tema, antara lain Sastra sebagai Penumbuh Budi Pekerti dan Pendukung Gerakan Literasi Indonesia oleh Drs. I Wayan Tama, M.Hum – Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, Sastra sebagai Pendukung Pendidikan Karakter Masyarakat NTT oleh Prof. Stefanus Djawanai, Ph. D – Rektor Unflor, serta Sastra dan Media: Mendorong Karya Sastra NTT Lebih Go-Media oleh Hermien Y. Kleden, jurnalis Tempo Media Group.
Hermien Y. Kleden dalam kapasitasnya sebagai jurnalis memberikan apresiasi kepada sastrawan NTT yang karya-karyanya mulai berbicara di pentas sastra nasional. Hermien Y. Kleden menyoroti penulis-penulis muda NTT antara lain Mario F. Lawi dan Anastasia Fransiska Eka.

Mario F. Lawi telah menulis buku-buku kumpulan puisi antara lain, Memoria (IBC, 2013), Ekaristi (PlotPoint, 2014), dan Lelaki Bukan Malaikat (GPU, 2015). Buku pertama dipilih sebagai salah satu Buku Puisi Rekomendasi Tempo 2013. Setahun kemudian, buku kedua terpilih sebagai Buku Puisi Pilihan sekaligus membuatnya dinobatkan Tokoh Seni (Sastra) 2014 oleh majalah yang sama. Sedangkan Anastasia Fransiska Eka dianggap memiliki visi perjuangan feminis dalam karya-karya cerpennya. Hermien Y. Kleden yakin bahwa masyarakat NTT secara kolektif memiliki tradisi berbahasa Indonesia yang baik, dimulai dari keluarga, dan didukung pula oleh tradisi pendidikan katolik yang tertanam kuat di bumi NTT. Bagi Hermin, sejauh ini seminari-seminari menjadi lumbug-lumbung penulis dan sastrawan NTT, dan asumsi ini didukung oleh data yang disampaikan Dr. Yoseph Yapi Taum, bahwa lebih dari 70% penulis sastra di NTT sekurang-kurangnya pernah mengenyam pendidikan seminari.

Seminar II yang berlangsung lebih menarik membahas tiga tema antara lain, Karya Sastra dan Tanggungjawab Sosial: Wacana Kritis Merespon Masalah Sosial Budaya dalam Masyarakat NTT disajikan oleh Dr Yoseph Yapi Taum – Dosen dan Peneliti dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Sastra Digital sebagai Media Alternatif: Batasan, Prospek, dan Komunitas Pendukungnya oleh Samsul Hari - Pengajar Sastra Digital, dan Perkembangan Sastra Mutakhir Indonesia oleh Narudin Pituin -sastrawan, penerjemah, dan kritikus sastra.

Dr. Yoseph Yapi Taum membahas pentingnya peran sastrawan lewat karya-karya mereka bagi pendidikan sosial masyarakat dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dr. Yapi Taum memaparkan contoh dan menekankan beberapa poin penting yang diambil dari disertasi doktoralnya, mengenai bagaimana tragedi 1965 terrepresentasi dalam karya-karya sastra masa itu. Menurut Dr. Yapi Taum, sudah selayaknya sastrawan NTT mengambil bagian dalam kampanye-kampanye sosial menanggapi berbagai masalah sosial seperti kemiskinan, perdagangan orang, hingga rekonsiliasi tragedi 1965 di wilayah NTT yang juga menjadi wacana nasional.

Rekomendasi dan Putusan

Temu II Sastrawan NTT menghasilkan beberapa rekomendasi dan putusan penting. Beberapa putusan itu menyangkut komitmen bersama dalam upaya memperkenalkan sastra NTT lewat berbagai promosi, pembiayaan, pendidikan, dan pengembangan untuk berbagai event di tingkat nasional serta internasional, sebagai bahan pembelajaran di sekolah-sekolah, pengembangan komunitas sastra dalam rangka sosialisasi dan beberapa hal teknis lain.

Kepada awak media, Dr. Yoseph Yapi Taum mewakili segenap sastrawan NTT juga menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah Provinsi NTT yang kurang memberikan perhatian dan berpartisipasi dalam seluruh rangkaian kegiatan Festival dan Temu II Sastrawan NTT. Menanggapi hal ini, diajaukan suatu rekomendasi kepada pemerintah dan masayarakat untuk turut dalam pengembangan kesusastraan dan menjamin kebebasan berekspresi para sastrawan.

Kantor Bahasa NTT juga menjalin kontrak kerjasama selama lima tahun dengan Universitas Flores, yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh M. Luthfi Baihaqi Kepala Kantor Bahasa NTT dan Prof Stefanus Djawanai, Ph. D – Rektor Unflor. Kerja sama itu meliputi program literasi masyarakat NTT, dokumentasi bahasa dan sastra lisan daerah, berbagai penelitian linguistik serta berbagai program menyangkut pembinaan dan pengembangan bahasa. Rangkaian kegiatan Festival dan Temu II Sastrawan NTT ditutup dengan acara makan malam dan pentas puisi bersama, yang melibatkan para sastrawan NTT, beberapa pelajar, mahasiswa Unflor, para pegiat di komunitas Sastra Rakyat Ende (SARE), dan peminat sastra di seputar kota Ende.


‘Si Kulit Bundar’ di Bumi Nian Tana (Catatan Seputar El Tari Memorial Cup XXVII-2015)



Di tengah kisruh PSSI yang mengguncang persepakbolaan nasional, masyarakat pegiat, pencinta, dan penikmat sepak bola NTT kembali dihibur dengan perhelatan akbar sarat tradisi bertajuk El Tari Memorial Cup. Salah satu turnamen sepak bola yang menjadi barometer perkembangan sepak bola Nusa Tenggara Timur ini diadakan untuk ke 27 kalinya pada tahun 2015. Kabupaten Sikka, dalam hal ini KONI Sikka, PSSI Cabang Sikka, dan pemerintah daerah dipercayakan sebagai penyelenggara turnamen yang kini menjadi event olahraga dua tahunan dan selalu mendapat atensi luas dari masayarakat NTT. Terhitung sejak tanggal 20 Oktober-13 November 2015, bumi Nian Tana menjadi saksi pertarungan memainkan si kulit bundar, penuh gensi dan ambisi, dari tujuhbelas kesebelasan kabupaten dan kota yang ada di Provinsi NTT.

Geliat ETMC XXVII


ETMC XXVII di Maumere diikuti oleh tujuhbelas tim sepak bola se-Nusa Tenggara Timur, dengan rincian 389 atlet dan 94 orang manejer/pelatih/official. Jika ditambah dengan 26 wasit yang memimpin jalannya pertandingan-pertandingan selama turnamen ini, maka jumah peserta formal menjadi 483 orang. Sebanyak 70 pertandingan diadakan di stadion tunggal Gelora Samador, Maumere. Hanya 5 Kabupaten yang tidak bisa terlibat dalam ETMC kali ini, yaitu Sabu Raijua, Sumba Barat, Sumba Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Belu.

Tujuh belas tim yang ikut terbagi dalam empat pool yaitu:
Pool 1 : Sikka, Sumba Barat Daya, Ende, Manggarai Timur, Sumba Timur
Pool 2 : Malaka, Manggarai, TTU dan Kupang
Pool 3 : Lembata, Alor, Flotim dan Kupang Kota
Pool 4 : Ngada, Nagekeo, Rote Ndao dan Manggarai Barat.

Pertarungan memainkan si kulit bundar pada ETMC kali ini semakin menarik karena para pecinta sepak bola dapat melihat aksi beberapa punggawa Indonesia Super Liga (ISL) dan Tim Nasional Indonesia seperti Heru Nerly (PSN Ngada), Korinus Fingkreuw (Perse Ende), dan Yabes Rony Malaifani (Persap Alor), serta pemain-pemain lain yang didatangkan dariluar NTT, juga para pemain keturunan NTT yang mengikuti training dengan klub-klub nasional seperti Andreas Ado (Persami), atau beberapa pemain PSK Kupanng yang terpilih dalam seleksi Bali United.

Sejak babak penyisihan, atmosfir kompetisi sarat gensi dan tradisi terasa sangat kental. Di pertandingan pembukaan (20/10) tuan rumah Persami-Maumere yang berhadapan dengan Persedaya Sumba Barat Daya dipaksa menerima kekalahan. Anak-anak asuhan Fredy MBW yang turun ke lapangan dengan tekanan yang tinggi dari suporter tidak dapat memainkan bola dengan lugas, dan akhirnya kalah dengan skor 1-2. Persaingan di Pool I pun harus berlangsung sampai pertandingan-pertandingan terakhir dengan selisih peralihan poin yang ketat antara masing-masing tim. Setelah kekalahan perdananya, Persami akhirnya bangkit dengan mengalahkan lawan-lawan selanjutnya dan manjuarai Pool I. Persami bahkan mencetak rekor cleen sheet sebanyak 5 pertandingan berturut-turut sebelum kebobolan lagi di babak final. Kabupten Ende menemani tuan rumah sebagai runner up, itu pun sebagai konsekuensi dari kekalahan Persedaya Sumba Barat daya atas Persematim-Manggarai Timur di laga terakhir mereka. Ende lolos dengan mengumpulkan poin 7 dibuntuti Persedaya dengan Poin 5.

Di Pool II, Persemal Malaka yang sejauh ini menjadi anak bungsu di provinsi Nusa Tenggara Timur membuat kejutan dengan tampil sebagai juara pool dengan mengantongi poin 7, hasil sekali seri dan dua kali menang. Goyang tebe meramairiahkan lapangan Gelora Samador da Cunha, usai tim ini mengalahkan PS Kabupaten Kupang dengan skor 3-0 dan memastikan diri lolos ke putaran kedua. Tim lain yang menemani Malaka ke putaran kedua adalah TTU yang mengantongi poin 6, hasil dua kali kemenangan, masing-masing melawan PS Kabupaten Kupang dan Persim Manggarai.

PSK Kota Kupang yang menjadi runner up Liga Desa 2015 di Belitung berhasil memimpin perolehan nilai di pool III yang disebut-sebut sebagai ‘Pool Neraka’. PSK berhasil menghempaskan perlawanan tiga tim kuat lain, Persebata Lembata, Perseftim Flores Timur, serta Persap Alor, dan meraih poin penuh 9. Perseftim yang dianggap tampil di bawah performa terbaiknya pada ETMC kali ini juga berhasil lolos ke babak selanjutnya setelah meraih dua kemenangan. Yabes, punggawa Timnas U-19 tidak mampu membawa Persap Alor ke prestasi yang lebih tinggi, meskipun pasukan-pasukan muda dari tim ini menampilkan tontonan yang atraktif selama penyisihan.

PSN Ngada yang selalu tampil superior membuktikan diri sebagai raksasa sepakbola setelah berhasil keluar sebagai juara pool IV. PSN Ngada berhasil mncetak 9 gol dari dua kemenangan dan sekali seri ketika menghadapi juara bertahan Persamba Manggarai Barat. Pertandingan antara PSN melawan Persamba berlangsung tegang dan sedikit ricuh, padahal kedua tim yang bertemu pada laga terakhir pool ini sudah memastikan diri lolos ke babak selanjutnya. Hal ini menunjukkan tensi dan gensi yang tinggi dari perhelatan ETMC. Persamba sendiri lolos ke babak selanjutnya setelah mengumpulkan poin 5, meyisihkan tim kuat lain, Persena Nagekeo yang tampil buruk.

Di putaran selanjutnya Persami Maumere berhasil melangkah ke semifinal setelah mengatasi perlawanan anak-anak Nagi dengan skor 2-0. Persami berjumpa dengan Persemal Malaka yang secara mengejutkan mengalahkan juara bertahan Persamba Manggarai Barat lewat drama adu penalti yang menegangkan. Persemal menang 4-3. PSN Ngada tanpa kesulitan melaju ke semifinal setelah menang 3-0 dengan TTU, dan berhadapan dengan Perse Ende yang melalui pertandingan berat dengan PSK Kota Kupang. Perse menang adu penalti 4-3 setelah pada waktu normal di tambah perpanjangan waktu, kedua tim berbagi angka 0-0. Di semifinal, goyang Tebe anak-anak Malaka dihentikan oleh Laskar Nian Tana dengan skor 2-0. Di pertandingan lain, superioritas PSN dengan pola permainan kick and rush dipatahkan oleh permainan tiki-taka mengandalkan kecepatan dan keakuratan dari Perse Ende. Ende menang tipis 1-0. Persami dan Perse berjumpa di final. PSN yang diasuh oleh legenda tim ini, Jhoni Dopo harus puas berada di tempat ketiga setelah mengalahkan Malaka dengan skor tipis 2-1, dalam pertandingan 90 menit yang sangat atraktif sekaligus menegangkan.


Penantian 31 Tahun Persami Tertuntaskan

Gensi, ambisi, dan rivalitas Persami dan Perse yang berlaga di babak final sangat kental terasa dan mempengaruhi atmosfer pertandingan. Ketegangan sudah dimulai sejak pertandingan belum dilangsungkan, nyata dari rivalitas supporter yang memadati Stadion Gelora Samador Maumere. Persami Mania yang sejak kekalahan Persami di laga pembuka terus mendukung tim kesayangan dengan berbagai yel-yel, spanduk, nyanyian, serta aksesoris, ditantang oleh ribuan supporter Perse yang datang jauh-jauh dalam bentuk rombongan dan dilepaskan secara resmi oleh pemerintah daerah. Sebanyak ribuan penonton hadir di Maumere yang menyebabkan arus lalu lintas di seputran stadion Gelora Samador terganggu selama beberapa saat.

Dahaga Persami Maumere yang tertahankan selama 31 tahun, setelah terakhir menjuarai ETMC pada tahun 1984 akhirnya terpuaskan setelah Laskar Nian Tana berhasil mengalahkan Laskar Kelimutu dalam 90 dengan skor tipis 2-1. Pertandingan berlangsung sangat panas dan beberapa kali harus dihentikan akibat kericuhan yang terjadi. Permainan atraktif namun keras dipertontonkan oleh kedua tim. Ende lebih dahulu mencetak gol di menit ke-16 setelah Muhammad Sidik Saimima dijatuhkan di dalam kotak pinalti. Wasit Antonius Rismiadji pun menunjuk titik putih. Terjadi protes oleh beberapa pemain Persami yang mengakibatkan kericuhan kecil dan berbuah beberapa kartu kuning dari wasit. Yoga Ramadhan yang mengeksekusi penalty tersebut dengan tenang menuntaskan rekor cleen sheet Timmy, kipper Persami. Persami baru bisa mengejar ketertinggalan di menit ke 35, setelah Iqbal Al Fadihla mencetak gol memanfaatkan kelengahan pertahanan tim Perse. Gol ini sempat mendapat protes tim Perse, karena banyak pemain Perse maupun Persami masih berkonsentrasi dengan pelanggaran yang sebelumnya terjadi, tetapi wasit tetap mensahkan gol ini. Gol pamungkas dari Persami datang dari tendangan bebas jarak jauh yang dieksekusi oleh Vian Watu. Tendangan keras melengkung dan terarah dari Vian merobek jala Perse dan memecahkan ketegangan penonton di Gelora Samador. Perse malakukan serang bertubi-tubi ke gawang Persami pada sisa pertandingan. Persami hanya sesekali melakukan serangan balik cepat ke gawang Perse. Persami akhirnya keluar sebagai juara bertahan ketika wasit meniupkan peluit panjang di babak kedua setelah terlebih dahulu mendapat tambahan waktu 2 menit.

Keluar sebagai juara, Persami berhak meraih piala bergilir El Tari Memorial Cup, Piala tetap dan mendapat hadiah uang pembinaan sebesar 105 juta rupiah. Perse yang menjadi runner up mendapat hadiah sebanyak 67,5 juta rupiah dan PSN Ngada sebagai juara ketiga mendapatkan hadiah uang sebesar 47,5 juta rupiah. Sementara itu, tim underdog Persemal Malaka yang menempati peringkat ke empat berhak atas uang tunai sejumlah 30 juta rupiah. Di samping hadiah bagi para juara, panita juga memberi pengharhaan dalam beberapa kategori lainnya. Gelar pemain terbaik sepanjang ETMC diberkan kepada Andreas Ado (Persami). Pemain berusia 19 tahun ini tampil konsisten dan memberi kontribusi berharga bagi tim dengan mencetak 5 gol dan beberapa di antaranya menjadi penentu kemenangan tim. Andre berhak atas uang senilai 10 juta rupiah. Top scorer diraih duet maut lini depan PSN Ngada, Yoris Nono dan Okta Pone, Keduanya sama-sama mengoleksi 7 gol dari enam pertandingan yang dilakoni tim PSN dan berhak atas uang masing-masing senilai 5 juta rupiah. Kategori lain yang dinilai panitia adalah tim fair play yang dianugerhakan kepada Manggarai Barat, sehingga mereka berhak atas uang senilai 10 juta rupiah.

Kemenangan Persami menjadi kado spesial bagi Persami Mania yang dukungannya menjadi warna baru dalam sejarah perhelatan ETMC. Selain itu, ETMC XXVII menjadi perhelatan dengan penonton terbanyak serta turnamen dengan nilai total hadiah terbesar sepanjang sejarah. Pembukaan ETMC menjadi semarak karena diwarnai oleh penampilan 1000 penari Gemu Fa mi Re, dari berbagai sanggar seni dan sekolah di Sikka. Namun disamping itu, masih banyak juga evaluasi atas penyelenggaraan turnamen ini, di antaranya soal pengaturan pembatasan pemain dari luar NTT, kinerja wasit dan penyelenggara pertandingan yang dinilai masih perlu ditingkatkan, dan juga akses serta pelayanan publik yang harus diperbaiki oleh panitia penyelenggara pada perhelatan-perhelatan selanjutnya. ETMC XVVIII akan dilaksanakan pada tahun 2017 dengan Ende sebagai tuan rumah penyelenggara.

Catatan Kilas Balik EL Tari Memorial Cup (ETMC)

El Tari Memoial Cup pada dasarnya merupakan suatu turnamen yang dimaksudkan untuk menjalin tali silahturami persaudaraan antar kabupaten dan kota di provinsi NTT, lewat media olahraga, khususnya sepak bola. Turnamen ini pada mulanya bercikal-bakal pada El Tari Cup yang digagas oleh salah satu mantan gubernur kharismatik provinsi NTT, El Tari (menjabat pada periode 1966-1978). Turnamen El Tari Cup pertama kali digelar di Kupang pada tahun 1969. Perseftim Flores Timur, keluar sebagai juara pada perhelatan perdana event ini. Selanjutnya, perhelatan El Tari Cup dilaksanakan sebanyak tiga kali lagi, yaitu pada tahun 1970, 1972, 1976, dengan masing-masing turnamaen menghasilkan juara-juara baru antara lain PSN Ngada, PSK Kupang (saat itu kota dan kabupaten masih bergabung), dan Persami Maumere. Setahun setelah wafatnya Gubernur El Tari, tepatnya tahun 1978, turnamen El Tari Cup, diganti namanya menjadi El Tari Memorial Cup (ETMC). Turnamen El Tari Memorial Cup didedikasikan khusus untuk menghidupkan selalu semangat yang telah ditanamkan Gubernur El Tari dalam membina persaudaraan antar kabupaten dan kota, sekaligus menjadikan ajang ini sebagai ajang peningkatan dan pengembangan pembangunan khusunya dalam hal prestasi sepak bola Nusa Tenggara Timur.

Sejak awal perhelatan ETMC tahun 1979 hingga saat ini, hanya tiga tim dari daratan Flores-Lembata yang belum mencatatkan namanya sebagai juara, yaitu tiga kabupaten baru Persematim (Manggarai Timur), Persena (Nagekeo) dan Persebata (Lembata). PSN Ngada menjadi tim raksasa, terbukti dengan enam gelar yang berhasil diperolehnya, masing-masing pada tahun 1982, 1986, 1997, 2001, 2003, 2007. Tim lain dari Flores yang berhasil meraih gelar juara antara lain Persami-Maumere (1984,2015), Perse-Ende (1999), Persim-Manggarai Tengah (2005), Perseftim-Flores Timur (2009), dan Persamba Manggarai Barat, sebagai juara bertahan ETMC XXVI, 2013.

Dari daratan Timor, PS Kota Kupang menjadi tim yang mendominasi perolehan gelar juara ETMC. Sebanyak tujuh gelar juara telah dipersembahkan kesebelasan kota karang ini bagi para pencintanya, yaitu sejak pertama kali turnamen ini berubah nama tahun 1979, dan selanjutnya 1988, 1991, 1993, 1995, 2002, dan 2010). PSK Kota Kupang menjadi satu-satunya tim yang berhasil mempertahankan gelar juara selama empat perhelatan berturut-turut, dan mentahtakan hampir sebelas tahun piala ETMC di kota karang, yaitu sejak tahun 1988 hingga PSN merebut kembali gelar itu tahun 1997. Sejak berpisah dengan PSK Kota Kupang tahun 1995, PS Kabupaten Kupang belum sekalipun menunjukkan prestasi yang gemilang, Kekuatan baru dari wilayah Timor yang muncul pada periode 2000-an adalah Perss-Soe yang meraih gelar juara pada perhelatan ETMC XV tahun 2000.
Persap-Alor, satu-satunya wakil dari Pulau Alor baru menunjukan kelasnya sebagai tim yang mampu menjegal tim-tim kuat sejak perhelatan ETMC tahun 2001. Selanjutnya, Persap selalu tampil konsisten sehingga dengan amunisi-amunisi mudanya, tim ini menjuarai ETMC tahun 2006. Pada periode 1970an-1990an, dua tim dari Sumba yaitu Persewa Waingapu dan Persesba Waikabubak selalu menjadi lumbung gol tim-tim lawan. Sama seperti Persap Alor, kebangkitan sepakbola Sumba baru terlihat di awal tahun 2000. Sejauh ini tim dari dataran Sumba baru dua kali menjuarai ETMC, yaitu Persewa-Waingapu pada tahun 2004 dan Persedaya-Sumba Barat Daya tahun 2011.