“RUANG”




Pementasan Teater RUANG oleh Vigilantia Teater
 pada Perayaan 800 Tahun Kemartiran St. Albertus, Pemberi Regula Karmel

Pelakon: 1. Remaja/Penulis (RP-Wanita)                                 Setting                 : Taman
                  2. Pelukis Sketsa (PS)                                             Suasana               : Santai, rileks, canda
                  3. Gadis Malam/Pelacur (GMP)
                                                                          
Lagu I : “Sesuatu yang Tertunda” (Padi)
(Semetara lagu dinyanyikan oleh kelompok akustik, pelukis masuk membawa serta perlengkapan lukisnya, menyiapkan perlengkapan tersebut dan menimbang-nimbang apa yang hendak dilukis. Setelah beberapa saat remaja/penulis masuk).
PS           : (Berwajah cerah-ceria, damai, dan rileks).
RP           : (Membawa serta pena dan diary. Menempati bangku taman, kursi atau apapun di hadapan     peluklis)
RP           : Sore ini sepi pengnjung ya???
PS           : J Yah.. begitulah.. Suasana di taman ini tidak selalu sama dari hari ke hari, ada yang datang, ada yang pergi, dengan pikiran, aura, dan apa saja milik mereka masing-masing. Meski demikian, taman ini tetap saja sama. Taman ya taman, tidak berubah.. (Hening sejenak). Kau sepertinya baru kulihat hari ini. Orang baru?
RP           : (Mengiyakan) Saya sedang dalam perjalanan, dan saya dengar taman ini indah sekali.. Mampirlah saya. J (berjalan mendekati pelukis, mengamat-amati dia). Anda pelukis??
PS           : (J Mengiyakan).
RP           :  (Antusias) Wah… menarik.. Pelukis sketsa. Kalau begitu lukislah saya.. Nanti saya bayar.
(Sementara mereka berdialog pelacur masuk).
PS           : Karena kamu orang baru… Ya sudah saya kasih gratis… Anggap saja ini sambutan perkenalan kita. Kamu mau yang bagaimana? Sketsa wajah??
RP           : (Menimbang-nimbang). Oke.. Sketsa wajah.. Tapi dalam satu tema… (agak lama). Sebut saja “RUANG!!!”
PS           : J Well “Ruang” (Ekspresi setuju).
RP           : (Mengamabil posisi sedang menulis). Kau bisa melukis saya tanpa saya harus diam seperti patung bukan??
PS           : Semacam mengabadikan gerak?? Ahhahaha… Saya coba.. J.
(Lanjutkan REFF lagu Padi)
GMP      : (Ekspresi datar, menerawang jauh). Hay… Anak gadis.. Kau seorang penulis bukan??? Kenapa pula kau minta dia melukis ruang?? Padahal cerita-ceritamu itu sendiri adalah ruang untuk banyak hal di dunia ini… (J getir).
RP           : (Bingung). Emmmm….. Maksudmu??
GMP      : Ya,, Narasi, cerita, kisah, atau apapun yang kau sebut… Semua itu memberi ruang bagi banyak hal dalam hidup. Ia mendobrak kakunya hukum dan idealisme, memberi bingkai bagi banyak peristiwa dan pengalaman, memberi forma bagi keping-keping kebenaran di sana-sini.. Ia mengabadikan segala sesuatu. Bagai air ia mengalir. (Getir).
RP           : Well. Saya percaya bahwa ruang itu ada. Dan saya ingin tahu sebesar apa dia ada dalam diriku. J. Paling tidak dari perspektif orang lain.. Yeah, dari mata dan hati serta gerak pena pelukis ini. J. (Sambil bergurau pada pelukis ini).
PS           : Hey, gadis malam.. Yang kau sebut penulis ini sedang mencoba membuka ruang bagi seseorang… Ahahaha… (Canda gurau).
RP           : (Malu-malu). Dari mana kau tahu?
PS           : Kau sedang menulis apa??
RP           : Cerita… J
PS           : Persis… Ahahahaha… Kau kurang pandai menipu… Sama seperti anak-anak muda lainnya..
GMP      : Tapi Kau harus berhati-hati. Ruang yang kau bangun dalam ceritamu tidak boleh mengekang    tokoh-tokohmu.. Cerita tetaplah cerita.. Selalu punya sudut pandang yang terbatas.
PS           : Dan sudut pandang itu bisa menjadi batasan… Kau harus bangun kesadaran bahwa apa pun ceritamu, dia harus bebas diinterpretasi.. J.. (Beralih perhatian ke GMP).  Dia masih terlalu muda gadis malam…
GMP      : (Tersenyum penuh kasih). Pencarian!!! Khas anak muda!! J
PS           : (Agak sedikit berdiri. Menjelaskan kepada PS). Kau lihat! Gadis malam ini. Dia punya kamar indekos di ujung taman ini. Itu ruang baginya. Dia bisa telanjang berjam-jam dengan siapa pun di dalam sana. (Sambil bercanda pada Gadis Malam Pelacur).
GMP      : Ruang itu jorok di mata banyak orang. Namun, sebagian besar keprihatinan, kesedihan, air mata, pengkhianatan, ketidaksetiaan, dendam, nafsu, kerapuhan, kesendirian, tertuang di sana.
PS           : Tanpa dia sendiri mendapat apa-apa.
RP           : Itu namanya tidak adil!!!
GMP      : Walaupun, bahkan Dia yang sering disebut Tuhan itu memberi ruang untuk yang kau sebut ketidakadilan di dunia ini. (J Penuh kasih).
PS           : Yang seharusnya diisi oleh keadilan tapi nyatanya terbalik J (Mengafirmasi).
GMP      : Kita mungkin mengarahkan apa saja yang kita bangun pada tujuan yang baik. Tapi kebetulan selalu ada.
RP           : Kenapa tidak kita hapus saja ruang-ruang yang tidak perlu itu.
PS           : Itu berarti kau mati!!!! Ahahahaha
RP           : (Bingung)
GMP      : Tuhan atau siapaun Dia, tidak menciptakan ketidakadilan. Tetapi dia sadar bahwa yang dia ciptakan punya peluang untuk melakukan sesuatu dengan implikasi-implakasi tak sadar, tak terkontrol dan tak terhindarkan seperti ketidakadilan itu. Kita mungkin tidak bisa dipersalahkan karena kebetulan itu. Tapi implikasinya tetaplah tanggungjawab kita. Makanya ruang itu ada. Namun kita tetap harus mengusahakan keadilan itu sedapat mungkin, tanpa sekali-kali mengafirmasinya dengan apa yang kita sebut kelemahan manusiawi. Itu yang terjadi dalam ruang dialog, komunikasi atau apapun sebutannya. Itulah yang disebut tobat dan ampun.. J
PS           : (Melihat pada RP) Kau ngerti?? J
RP           : (Menggeleng).
PS           : Hei pelacur!! Dia tidak ngerti… (Agak sedikit terbahak-bahak).
RP           : Hei awas lukisanku rusak!!!
GMP      : Ruangmu adalah narasimu. Dan Narasimu adalah ruangmu. Mereka tidak bisa saling memenjarakan!! Mereka harus sekaligus bisa diakses dengan bebas dan tersembunyi dengan apik. J Tanyakan pada pelukis itu dia paling tahu soal yang terang dan yang gelap.
PS           : Lukisan ini harus punya warna gelap dan terang. Tempatkanlah pada tempatnya  dan terwujud harmoni!! Yang gelap yang tampak dan yang terang yang tersembunyi!!
RP           : (Semacam menemukan pencerahan). Bahkan saat kita bersama pun sisi terang kita yang tampak menyatu dan sisi gelap kita, tetap menjadi milik kita masing-masing. (Agak hening). Yang gelap itu???
GMP      : Tidak selalu negative. Itulah ruang tempat kita sendiri, telanjang, menjadi!!!

PS           : (Menunjuk pada pelukis). Itulah kamarmu!
RP           : Itulah Lukisanmu (mennujuk pada PS)
GMP      : Itulah ceritamu ( menunjuk pada RP).
Semua  : ITULAH RUANG KITA!!!!

(Bagian ini bisa ditiadakan)

GMP      : Tamuku sebentar lagi dating. Aku harus pamit.
RP           : Selamat berbagi Ruang
PS           : Ingat, sampai seok pagi menjelang jangan kau kurung dirimu dalam kamar itu
GMP      : Dan kau!!! Jangan kau lukis masa lalumu pada setiap wajah yang kau gambar!!!
RP           : Heii.. Pelacur!!! Bagaimana dengan aku??
GMP      : Apapun yang kau nanti tetaplah kau nanti. Apa yang kau bangun tetaplah kau bangun. Sampai tiba waktunya, ceritakanlah kisah-kisahmu!!
PS           : Jangan kau bawa mati. Dengan begitu dia bisa abadi… J Kami menanti!!!
SEMUA : RUANG!!!!!!!
Lagu      : Uncle Jim


Wairklau, 18 (16:30)-19 Oktober 10:00) 2014;
Ditulis untuk Vigilantia Teater
With a Great Love, in front of The Never Closed Window.
J J J J J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar