Dari Rezim Jokowi Hingga Human Trafficking



Dalam rangka memperingati dan merayakan Dies Natalis ke-44 STFK Ledalero, Senat Mahasiswa (SEMA) mengadakan sebuah seminar bertajuk ‘Rezim Jokowi dalam Bingkai Filsafat Dekonstruksi Jacques Derrida dan Human Trafficking’. Seminar yang diadakan pada Sabtu, 7 Maret 2015 yang lalu, menampilkan dua pembicara brilian, yaitu saudara Yoseph Riang dan sudara Selcilius Riwu Nuga, mahasiswa program studi pascasarjana STFK Ledalero.

Dalam makalahnya yang berjudul ‘Rezim Jokowi dalam Bingkai Filsafat Politik Jacques Derrida’, Yoseph Riang mengajak segenap civitas academica untuk sejenak berenang dalam ‘permainan bongkar-membongkar’ seluk beluk rezim Jokowi dan segala kebijkannya dengan tujuan menjernihkan pemahaman publik. Penjernihan ini dimaksudkan untuk menemukan pandangan yang lebih objektif terhadap pemerintahan presiden Indonesia periode 20014-2019. Hemat beliau, Jokowi sebagai pemegang tampuk kepemimpinan dan corong kebijakan pemerintah jatuh dalam tendensi ‘mengganggap diri dan dianggap’ sebagai pemilik kebenaran tunggal, oleh karena berbagai pencitraan media yang dialaminya. Hal ini berbahaya dalam membentuk opini publik, dan mereduksi sikap kritis masyarakat. Filsafat dekonstruksi Derrida membimbing publik dalam suatu penafsiran yang lebih objektif terhadap realitas, dengan cara ‘mengambil jarak’ dengan Jokowi (author/pembuat kebijakan), dan berfokus pada analisis teks (segala bentuk kebijakan rezim Jokowi), serta membangun relasi intertekstualitas yang akan menghadirkan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap realitas. Pemahaman yang lebih objektif diharapkan membuat publik semakin kritis dan tidak terjebak dalam ‘penghalalan begitu saja’, berhadapan dengan kebijakan yang diambil rezim Jokowi.

Sementara itu, Selcius Riwu Nuga, memaparkan fenomena aktual tentang gejala human trafficking, yang marak terjadi di NTT. Partisipasi dan aktivitasnnya bersama Truk-F, menjadi suatu sumber informasi dan refleksi yang berharga, dalam pembahasan mengenai kasus pedagangan manusia dari perspektif hukum dan HAM. Beliau sampai pada kesimpulan bahwa upaya penegakkan hukum perlu dijernihkan dari segala bentuk manipulasi dan hanya bertumpu pada konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, penting sekali kesadaran akan suatu etika bisinis yang berlaku universal bagi para pengusaha dan pekerja.

Seminar ini mendapat sambutan baik dari civitas academica dan segenap peserta yanga hadir, antara lain Bupati Sikka Drs. Yoseph Ansar Rera, segenap jajaran Muspida, dan mahasiswa dari Universitas Nusa Nipa serta perguruan tinggi lainnya di Mumere. Dalam sambutannya, ketua Senat Mahasiswa STFK Ledalero menegaskan bahwa kegiatan ini adalah suatu bentuk tanggapan akademis dan diharapkan akan berbuah praktis dari mahasiswa STFK Ledalero terhadap masalah-masalah politik nasional hingga kriminalitas terhadap kodrat hidup manusia yang semakin hari semakin marak terjadi di bumi Nusa Tenggara Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar