Pemerintah Harus Peduli Industri Seni (Roy Breckmans)


Roy Breckmans

Beberapa waktu terakhir, nama Maumere sering terdengar di pentas musik nasional. Putra-putri Nian Tana, mencoba mengasah potensi musik di berbagai ajang seperti Indonesian Idol, X-Factor, The Voice Indonesia, Bukan Talent Biasa, Mama Mia hingga KDI. Nama-nama seperti Yohanes Babo, Yeni Kabupung, Criest Tomahu, Tomi Boli, Nona Mamamia hingga Azizah KDI, cukup mengharumkan nama Maumere. Keberhasilan mereka di bidang musik tidak terlepas dari perkembangan industri musik lokal Nian Tana. Salah satu tokoh yang cukup makan asam garam di bidang ini adalah Roy Breckmans.
                Pria yang biasa disapa K’ Roy ini memulai sepak terjangnya di dunia musik sejak bergabung di band SMA. Karena berbeda pandangan dengan orangtua, setelah lulus SMA tahun 1994, K’ Roy tidak melanjutkan studi di perguruan tinggi dan mulai fokus di dunia hiburan. Keterlibatannya di dunia musik dianggapnya sebagai suatu perjalanan hidup yang mengalir begitu saja mengikuti suara hati. K’ Roy memulai karirnya dengan main dari panggung ke panggung hingga mengisi acara radio, bersama grup musik Mirsela dan Jaguar. Karena anggota yang sering berubah-ubah, posisinya tidak tetap. Hampir semua posisi dan alat musik mulai dari drum sampai vokalis pernah dilakoninya.
K’ Roy megisahkan pertama kali terjun di dunia rekaman tahun 1995. Bersama grup Mirsela mereka mencoba rekaman manual dengan tape recorder Polytron dua pintu, mixer, monitor dan alat-alat seadanya yang dipinjam dari berbagai tempat. Dari latihan sederhana ini, mereka berani membuat suatu rekaman perdana di salah satu studio di Ende. Kala itu model rekamannya masih berupa kaset pita. Modal awal untuk rekaman mereka peroleh dari dukungan Mudika (Muda-Mudi Katolik), Paroki St. Yosef Maumere dan uang seadanya dari kantong sendiri. Album perdana ini cukup sukses sehingga selanjutnya mereka mendapat sponsor dari berbagai pihak, salah satunya bursa kaset Bogadarma. Album-album selanjutnya mendulang sukses dengan omzet yang cukup besar, salah satunya dikenal dengan nama Terminal, dengan lagu andalan ‘Tambah Lombok’.
Berbekal pengalaman rekaman dan belajar otodidak dengan berbagai pihak, K’ Roy mulai menerima job untuk pembuatan album secara pribadi. Tahun 1999, K’ Roy meninggalkan sistem rekaman analog dan terjun ke model rekaman digital. Mulai tahun 2000, K’ Roy mulai fokus mempelajari dan mengembangkan teknik dan bisnis musik, mulai dari music engineer, recording operator, mastering, hingga menjadi produser rekaman. Sejauh ini, K’ Roy sudah terlibat dalam banyak sekali pembuatan album baik album pop, dangdut, hingga album rohani, termasuk bersama Babo, Yeni Kabupung, hingga Azizah. Tahun 2002 ayah satu anak ini mulai belajar teknik video recording, dan sejak tahun 2004 memiliki usaha audio-visual sendiri yang diberi nama Varo Cinema.
Menurut K’ Roy, tantangan terbesar yang dihadapi industri musik saat ini adalah masalah pembajakan. Era digital di satu sisi meningkatkan kreativitas bermusik, tetapi di sisi lain melemahkan industri musik oleh karena semakin mudahnya pembajakan. Sejak lima tahun lalu, bersama teman-teman seniman lainnya, mereka pernah mengusahakan ke DPR mengenai Perda yang mengatur pembajakan, namun hingga sekarang tak kunjung menuai hasil. Namun hal ini tidak menyurutkan optimismenya bahwa industri musik lokal akan terus eksis dan menjanjikan, asal saja kita pandai mengikuti perkembangan zaman. K’ Roy juga berpendapat bahwa pemerintah harus membuka mata dan peduli untuk mengakomodasi talenta putra-putri daerah di bidang kesenian. Salah satunya, dengan memberi ruang dan dukungan finansial untuk berbagai event serta kegiatan pentas seni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar