Pulang
biarkan saja hujan yang jatuh menemukan kekasihnya
di balik gersang rerumputan
dan kita terus saja menulis
pada serpi-serpih lontar yang kian menguning kering
gerimis adalah tanda yang diam
dan pada kemarau yang lapar
adalah berkah yang membuat
doa-doa para pekerja ladang serupa hening
kita bertanya-tanya kapan Elia segera kembali
pulang, sebab dosa-dosa kita
tak terbayar oleh tangisan dan hujatan yang lirih
di pinggir tembok-tembok ratapan yang berkisah tentang dua dunia
anak--anak yang terlantar
dan ibu-ibu serta bapak-bapak yang habis
dalam cengkraman pelahap-pelahap
kita berdoa supaya hujan lekas turun
supaya kita tak lagi menagis
sebab hujan adalah doa yang tak selalu terjawab
dan pulang sebagai hening yang tentram
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar