Pada tahun 2015 ini, sepak terjang SMAK John Paul II di dunia pendidikan NTT, khususnya di Nian Tana Kabupaten Sikka, memasuki usianya yang ke 26. Sepanjang tahun-tahun pengabdiannya, sekolah ini telah melalui banyak pengalaman dan situasi suka-duka, sukses-gagal. Sekolah milik SANPUKAT (Yayasan Persekutuan Umat Katolik) yang sekarang dikelola oleh Keuskupan Maumere ini dahulunya adalah peralihan dari SPG Don Bosco Maumere. Sejak 1989, dari tahun ke tahun, sekolah yang pada tahun 2012 mendapat akreditasi ‘A’ ini mengalami berbagai kemunduran dari segi kualitas, kuantitas, mutu guru, dan program pembelajaran. Pada dekade 2000-2010, sekolah ini bahkan sempat dijuluki sebagai ‘sekolah murid buangan’, karena sering menjadi harapan terakhir bagi siswa-siswa tahan kelas dan bermasalah dari berbagai sekolah lain di Maumere. Keadaan diperparah dengan buruknya evaluasi belajar yang berdampak pada sangat rendahnya tingkat kelulusan, hingga pada tahun 2009/2010, timbul wacana bahwa sekolah ini hendak ditutup karena krisis finansial dan minimnya siswa yang mendaftar, yaitu hanya 48 orang. Atas dasar ini, segenap perangkat pendidik dan semua yang mengabdi sekolah ini mengadakan suatu revitalisasi yang efeknya sangat kelihatan sejak enam tahun silam.
Ulasan di atas adalah petikan dari presentasi dan shering mengenai revitalisasi SMAK John Paul II, yang disampaikan oleh Rm. Fidelis Dua, Pr, kepala sekolah SMAK John Paul II, dalam salah satu kegiatan pendidikan di Hotel Sylvia pada 3 Juni 2015, yang lalu. Berbagai uraian, shering dan presentasi dalam kegiatan itu dimaksudkan untuk menggambarkan keseluruhan upaya pengembangan SMAK John Paul II, sejak ditangani oleh Keuskupan Maumere dalam kurun waktu kurang lebih enam tahun. Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa revitalisasi dalam pengertiannya selalu memuat unsur pembaruan, menghidupkan kembali, memberdayakan kembali, menyegarkan kembali sesuatu yang pernah hidup dan sangat berdaya tetapi mengalami kemunduran. Sehingga, dalam konteks sebagai lembaga pendidikan, sekolah sudah seharusnya memaksimalkan semua unsur yang dimiliki untuk menjadi lebih vital atau terberdaya tinggi demi tercapainya sasaran dan tujuan dari proses pendidikan yang dilakukan saat ini dan di masa depan. SMAK John Paul II sendiri memijakkan segenap usaha perubahan dan revitalisasinya pada filosofi ‘Duc in Altum’ dengan sebuah paradigma baru “Think Big, Start Small, and Move Fast”. Secara spesifik, SMAK John Paul II mencoba menghidupi dan menjalankan visi, misi, dan berbagai program kerja yang diarahkan sepenuhnya untuk pengembangan manajemen sekolah serta para peserta didik.
Romo Fidel menerangkan bahwa transformasi cara berpikir yang coba digalakan di sekolah ini pertama-tama dilakukan dengan upaya menghidupi sebuah visi kolektif yaitu membangun SMAK John Paul II yang setia pada usaha pencerdasan kehidupan bangsa, berciri khas Katolik, unggul (smart), berkarakter (conscience and compassion), spiritual (spiritual), dan mandiri (competence). Dalam terang visi ini, misi-misi pendidikan yang diemban sekolah ini berusaha dijalankan. Dalam konteks revitalisasi, ada beberapa hal umum yang digalakan. Pembenahan penampilan dan perwajahan sekolah adalah yang paling tampak. Selanjutnnya, seperti yang terdapat dalam misinya, seluruh proses yang terjadi di sekolah ini diarahkan kepada upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang menekankan proses untuk membentuk intelek yang unggul bagi semua peserta didik sesuai dengan standar nasional pendidikan, menegakkan disiplin semua warga sekolah dalam seluruh kegiatan sekolah, serta mengembangkan bakat, minat, dan ketrampilan bagi peserta didik melalui berbagai kegiatan pengembangan diri demi membentuk pribadi yang mandiri. Selain itu, SMAk John Paul II juga mengembangkan sekolah dengan ciri utama pendidikan nilai, paradigma “student centered learning”, pendidikan multikultural, penguasaan bahasa internasional dan ICT bagi semua peserta didik dan berupaya menanamkan semangat kasih, rela berkorban, kekeluargaan dan solidaritas di kalangan segenap aktor pendidikannya untuk membentuk wawasan Kristiani, kebangsaan, dan cinta tanah air.
Dalam presentasi ini juga dijelaskan bahwa orientasi dari revitalisasi yang digalakan sekolah ini adalah menampakkan kembali eksistensi SMAK John Paul II yang mengemban tujuan besar yaitu mewujudkan pendidikan intelektual dan pendidikan karakter (nilai) yang bermutu bagi peserta didik untuk menjadi kader Gereja dan bangsa. Memiliki kurikulum yang berstandar nasional, dengan tenaga pendidik dan kependidikan yang professional, serta ditunjang oleh sarana prasarana pembelajaran yang berbasis ICT (Information Communication Technology) juga menjadi suatu tradisi sekaligus cita-cita yang selalu dihidupi dan ingin diraih oleh SMAK John Paul II. Salah satu hal yang juga telah dijalankan di sekolah ini adalah pelaksanakan proses pembelajaran dengan sistem penilaian yang ketat, teliti, dan komperhensif serta memiliki sistem pendokumentasian perangkat pembelajaran, dan penilaian yang terkomputerisasi. SMAK John Paul II, dalam keseluruhan proses revitalisasi sekolah senantiasa membangun kerjasama kerjasama dengan komite dan alumni sekolah untuk menggali dana demi pengembangan sekolah, saat ini dan di masa yang akan datang.
Dalam catatan akhir yang disampaikannya, Rm. Fidel menerangkan bahwa segenap visi, misi, tujuan, dan segala kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler, serta menajerial-administratif yang dihidupi dan dilaksanakan pada kenyataannya menjadi pedoman sekaligus aksi nyata sekolah ini untuk terus hadir sekaligus memberi warna baru di dunia pendidikan dalam skala lokal maupun nasional. Berbagai peningkatan prestasi akademik maupun non akademik yang diraih dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini adalah bukti kesungguhan dari revitalisasi yang diperjuangkan. Dengan semuanya ini, SMAK John Paul II menyatakan komitmennya, mengabdi dalam dunia pendidikan di Kabupaten Sikka. Komitmen ini senantiasa berusaha dijiwai dan hanya bisa terwujud oleh karena suatu energi yang besar, niat yang ikhlas, integritas, serta komitmen semua komponen sekolah disertai usaha yang sungguh dan pengorbanan diri yang tinggi.
Masyarakat boleh jadi punya harapan bahwa SMAK John Paul II bisa senantiasa hadir dan berkarya demi membangun manusia-manusia Nian Tana, manusia-manusia Indonesia, sesuai dengan semboyannya, Totus Tuus! SMAK John Paul II, seutuhnya milikmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar